Wednesday, May 4, 2011

thermal overload relay


Energi listrik merupakan salah satu sumber energi utama di industri. Energi tersebut terdiri atas sistem pembangkitan, saluran distribusi dan peralatan yang menggunakan listrik, dimana peralatan ini harus mempunyai pengaman. Motor listrik bisanya digunakan untuk penggerak alat angkut (konveyor), pengangkat, pengaduk, penghisap udara, pompa dll. Karena kekuatan motor listrik mempunyai nilai tertentu, maka diperlukan suatu alat pengaman yang bertujuan apabila terjadi beban lebih (overload) motor tidak rusak atau terbakar.
Beban lebih dapat terjadi karena adanya beban yang berlebihan maupun kondisi dari plant yang tidak seharusnya. Misalnya pompa air, tetapi air tersebut mengandung lumpur, sehingga menjadi lebih berat, berakibat motor yang hanya didesain untuk memompa air menjadi tidak kuat, dan terbakar. Sesuatu hal yang bisa digunakan untuk mengetahui suatu motor dalam kondisi beban lebih adalah arus yang mengalir pada motor.

Setiap motor tergantung dayanya, mempunyai standar nilai arus tertentu yang diperbolehkan mengalir pada motor tsb. Circuit dalam motor listrik standar minimal terdiri atas Circuit Breaker yang berupa : MCCB/ NFB (No Fuse Breaker), Magnetic Contactor, serta OL (overload relay) yang berupa : TOR (Thermal Overload Relay) atau ada yang menyebut OCR (Over Current Relay) .

Circuit breaker berfungsi untuk melindungi jaringan, sistem distribusi dari arus yang tinggi yang diakibatkan oleh peralatan, dalam hal ini motor listrik. Magnetic contactor berfungsi untuk memutus dan menyambung jaringan listrik dengan motor yang dikendalikan oleh tombol tekan/saklar. Overload Relay (TOR) berfungsi untuk melindungi motor listrik dari beban lebih yang ditunjukkan oleh arus yang mengalir pada jaringan listrik.

Apabila arus yang mengalir melebihi nilai TOR, maka timbul panas pada TOR, kemudian TOR membuka dan memerintahkan untuk memutuskan jaringan listrik yang masuk ke motor tsb, sehingga motor terhindar dari kerusakan. Permasalahannya adalah menentukan berapa besar/nilai Overload Relay (TOR).

Starting Motor Listrik

Metode yang digunakan untuk starting (menjalankan awal) motor listrik cukup banyak. Sistem ini terkait dengan sifat motor listrik yang menyerap arus listrik yang tinggi pada saat start. Setelah beberapa saat, arus tersebut akan menurun sesuai dengan arus yang diserap motor berdasarkan beban yang digerakkan. Metode yang digunakan antara lain sistem DOL (Direct On Line), Star-Delta, Auto Transformer, Reostat, soft starter dll.

Dengan memperhatikan sifat dari arus start motor listrik, maka dapat ditentukan jenis dan besarnya nilai Overload Relay (TOR). Arus start sistem DOL sebesar 6 x In (Arus nominal motor), sedangkan pada sistem Start-Delta maksimal sebesar 3 x In. Berdasarkan karakter tersebut, maka apabila menggunakan sistem DOL, nilai TOR = In, apabila Star-Delta , nilai TOR = In/√3 = 0,732 In.

Karakteristik Overload Relay (TOR)


Overload Ralay mempunyai karakteristik sesuai dengan standar-standar kelistrikan, diantaranya IEEE, NEMA, IEC, dll. Penulis akan membahas sesuai standar IEC yang cukup banyak digunakan di Indonesia.

Misalnya suatu Overload Relay (TOR) tertulis IEC 947-4-1, Class 20 bernilai trip = 10 Ampere. Selang waktu trip digunakan agar TOR tidak trip bila sedang start maupun ketika ada beban kejut. Dengan berpedoman pada karakterstik tersebut, maka bisa didesain nilainya dengan memperhatikan arus start dan selang waktunya sehingga tidak trip serta nilai yang tepat untuk trip (sesuai dengan kemampuan motor listrik yang dikendalikan) jika terjadi overload sehingga jaringan listrik segera terputus dan motor listrik aman dari kerusakan/terbakar. Karakteristik motor harus diketahui karakteristik thermalnya berdasarkan informasi dari motor (name plate) tersebut.

Water Level Control





Ayo kita membuat aplikasi sederhana untuk control level air sederhana di tangki! Tujuannya untuk menjaga keberadaan air pada level tertentu dengan mengatur ON/OFF pompa air. Bagian terpenting adalah controller dengan menggunakan OMRON 61-FG (saat ini Rp 150rb an) lengkap dengan sensor (digunakan kawat, sebaiknya yang anti karat/ stainlesteel) , dan tentu saja pompa.



Gambar disamping adalah unit control dan sensornya. Sedangkan dibawahnya adalah gambar terminal yang ada pada unit control. Pertama adalah terminal S0, S1 dan S2 sebagai terminal power supply. S0 sebagai common dan jika supply dengan tegangan 110 VAC disambung ke S1 dan untuk tegangan 220 VAC ke S2. Berikutnya adalah terminal kontak output relay yaitu Ta, Tb, dan Tc. Terminal ini adalah output dry contact (relay) sehingga dipergunakan untuk memerintah pompa agar ON/OFF. Kemudian terminal E1, E2 dan E3 dipergunakan untuk sensor ke air. Urutan harus sesuai dengan gambar yaitu E1 yang paling atas dan seterusnya, jangan dibolak balik. Material sensor hanya konduktor biasa tetapi yang tahan korosi karena dicelupke air. Oh..ya untuk posisi E3 bisa dililitkan pada nepel tandon bagian bawah yang terbuat dari besi, atao kalau pipanya dari besi ya tinggal tempel disitu aja.

Setelah merangkai sensor dengan controller berikutnya adalah menyambung ke power pompa. Salah satu power bagian (phase/ masa) diputus dan setiap ujungnya disambung ke Tc dan Ta. Dengan demikian unit control siap bekerja. Untuk pengetesan hubung singkat E1, E2 dan E3, pompa harus OFF. Kemudian lepas E1 pompa tetap OFF, lepas E2 pompa harus ON. Selanjutnya proses pengisian, Sambung E3 dengan E2 pompa tetap ON, sambungkan keduanya dengan E1 pompa harus OFF.

Agar controller lebih tahan lama sebaiknya diberikan relay back-up bisa type LY (Rp 30rb an). Ini agar relay output controller tidak terkena beban secara langsung. Oke selamat mencoba. !

wire NYA


Kalau ada yang perlu spec kabel dari kabelmetal
1. nya

Ukuran kabel




semoga bermanfaat